Candi
prambanan merupakan salah satu candi yang terletak di Indonesia dan merupakan
salah satu tempat tujuan wisata. Candi prambanan sering kali dipanggil dengan
nama candi Roro Jonggrang, candi ini merupakan candi Hindu terbesar di
Indonesia dan sekaligus menjadi candi yang sekaligus menjadi candi yang
terindah di Asia Tenggara ini merupakan aset Indonesia yang tidak dapat dinilai
harganya, lewat postingan ini saya akan mereview tentang Sejarah Dan Keunikan Candi Prambanan ya sobat.
Candi
Prambanan ditemukan pertama kali pada tahun 1733 dalam kondisi runtuh tertutup
tanah dan semak belukar oleh C.A. Lons (pegawai VOC pada masa pemerintahan
Hindia Belanda di Indonesia yang tinggal di Semarang). Sejak pertama kali
ditemukan hingga tahun 1864 belum ada perhatian dari pemerintah Hindia Belanda.
Setelah N.W. Hoepermans melaporkan sebagian batu-batu di Komplek Candi
Prambanan digunakan untuk pembangunan pabrik gula, baru mendapat perhatian dari
J.W. Ijzerman yang telah mendirikan “Archaeologische Vereeniging van Jogja”,
sehingga pada tahun 1885 Komplek Candi Prambanan dibersihkan dari timbunan
tanah, khususnya yang menutupi bilik-bilik Candi Siwa. Sistem yang dilakukan
masih sangat sederhana, yaitu mengumpulkan dan menggali batu-batu candi yang
berserakan serta tertimbun tanah kemudian dikelompokkan tanpa pendokumentasian.
Pemugaran secara metodologis baru dilaksanakan pada tahun 1918 oleh Oudheidkundig
Dienst yaitu menyusun kembali Candi Siwa. Karena pada saat itu Indonesia masih
dalam kondisi perang sehingga pemugaran Candi Siwa baru dapat diselesaikan pada
tahun 1953. Candi Brahma dipugar dari tahun 1978 hingga tahun 1986. Pemugaran
Candi Wisnu dilaksanakan dari tahun 1982 hingga tahun 1991. Pada tahun 1954
telah berhasil dipugar dua buah Candi Apit dan dua buah Candi Perwara. Candi
Wahana (Nandi, Angsa, dan Garuda) dipugar pada tahun 1993. Pada tahun 2004
dilakukan konsolidasi Candi Siwa karena pemugaran Candi Siwa yang dilakukan
dari tahun 1918 hingga 1953 tersebut belum menyertakan aspek konservasi. Sesuai
perjalanan waktu, pemugaran tanpa memperhatikan preservasi material tersebut
menimbulkan dampak. Batu-batu penyusun Candi Siwa mengalami pelapukan akibat
bercampurnya semen dengan air hujan yang mengakibatkan terjadinya desintegrasi
mineral batuan sehingga batuan tererosi.
Komplek
Candi Prambanan digunakan dari tahun 856 M hingga tahun 883 M. Data tersebut
berdasarkan pada Prasasti Siwagrha yang dikeluarkan oleh Dyah Lokapala (Rakai
Kayuwangi) pada tahun 778 Saka (856 M). Prasasti yang ditulis dengan
menggunakan bahasa Jawa Kuna tersebut memuat berita tentang pergantian
kekuasaan dari Jatiningrat (Rakai Pikatan) kepada anaknya, yaitu Dyah Lokapala
yang bertahta antara tahun 856 M – 883 M. Komplek Candi Prambanan difungsikan
pertama kali sebagai tempat pemujaan tingkat kerajaan. Prasasti Siwagrha yang
berangka tahun 856 Masehi menyebutkan secara rinci tentang peresmian bangunan
suci untuk Dewa Siwa yang disebut dengan Siwagrha atau Siwalaya yang
diidentikkan dengan Candi Prambanan. Gambaran gugusan candi yang disebutkan
dalam Prasasti Siwagrha diidentifikasikan sebagai Komplek Candi Prambanan.
Gugusan candi yang bangunan pusatnya dipagari dengan tembok keliling dan
dikelilingi deretan candi-candi perwara yang disusun bersap hanya terdapat di
Komplek Candi Prambanan.
Saat
ini Komplek Candi Prambanan dimanfaatkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
pendidikan, sosial, agama dan pariwisata. Komplek Candi Prambanan termasuk
dalam daftar UNESCO World Heritage Site dengan nomor 349 dan diperbaharui pada
tahun 1998 dengan nomor 642.
Kondisi
Komplek Candi Prambanan saat ini dalam keadaan rusak berat akibat gempa yang
terjadi pada tanggal 27 Mei 2006. Berdasarkan hasil observasi tingkat kerusakan
yang telah dilakukan, fondasi bangunan-bangunan di Komplek Candi Prambanan
secara keseluruhan tampak tidak mengalami kerusakan yang berarti, karena
bangunan candi pada umumnya telah direncanakan oleh para leluhur (nenek moyang)
dengan sistem perbaikan tanah terlebih dulu. Fondasi bangunan candi di Komplek
Candi Prambanan menggunakan sistem perbaikan tanah berupa campuran pasir kasar
kerikil, dan kerakal yang dipadatkan setebal ± 3.00 m di bawah bangunan candi.
Keunikan
Candi Prambanan
Kawasan
Prambanan merupakan kawasan yang mempunyai kekayaan potensi budaya masa klasik
terbesar di Indonesia. Potensi tersebut ditunjukkan dengan distribusi tinggalan
candi yang cukup banyak yang mengindikasikan bahwa kawasan ini merupakan
bentang budaya masa lalu (Archaeological landscape) dari masa Kerajaan Mataram
Kuna abad IX – X Masehi. Komplek Candi Prambanan merupakan komplek candi Hindu
terbesar di Indonesia yang menjadi simbol kejayaan Kerajaan Mataram Kuna. Candi
ini diduga merupakan salah satu candi tingkat kerajaan pada masa lalu. Hal ini
ditunjukkan dengan kemegahan, kompleksitas serta kelengkapan unsur bangunan
yang menggambarkan kesatuan konsep Mandala dalam agama Hindu. Prasasti Siwagrha
yang diduga berkaitan erat dengan candi ini memberikan gambaran secara rinci
mengenai gugusan candi yang diresmikan pada tahun 778 Saka (856 Masehi) oleh
raja yang bernama Pikatan, sebagai tanda kemenangan dalam pertempuran melawan
Balaputradewa yang berlangsung di Bukit Boko. Atas dasar isi prasasti tersebut,
tampaknya Komplek Candi Prambanan dibangun sebagai simbol kebangkitan Kerajaan
Mataram Kuna setelah pada masa sebelumnya mengalami keadaan yang tidak stabil,
antara lain akibat peperangan dan bencana alam sehingga terjadi perpindahan
ibukota kerajaan sebanyak tiga kali.
Komplek
Candi Prambanan terbagi dalam tiga halaman yang berbentuk bujur sangkar dan
disusun berteras terpusat dimana masing-masing halaman dibatasi oleh tembok
keliling. Halaman utama (halaman pertama) merupakan tempat yang dianggap paling
suci terletak di bagian dalam, berukuran 110 m x 110 m dengan enambelas
bangunan candi di dalamnya, yaitu tiga candi utama (Brahma, Siwa, Wisnu), tiga
candi wahana (Angsa, Nandi, Garuda), dua candi apit (utara-selatan), empat
candi kelir, empat candi patok. Halaman kedua berada di bagian tengah,
berukuran 222 m x 222 m, terdapat 224 candi perwara yang disusun mengelilingi
halaman pertama dan terbagi dalam empat baris. Deret candi perwara pertama
berjumlah 68 buah, deret kedua 60 buah, deret ketiga 58 buah, dan deret keempat
sebanyak 44 buah candi. Halaman ketiga melingkari halaman kedua dengan ukuran
390 m x 390 m.
Candi
Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada
masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang
setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi
ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah
Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area
yang kini dibangun taman indah. Komplek Candi Prambanan terletak pada jalur
lalu lintas Yogyakarta – Surakarta dengan ketinggian 153 m di atas permukaan
air laut. Komplek Candi Prambanan dikelilingi sejumlah bangunan candi yang
bersifat agama Budha, yaitu Candi Lumbung, Candi Bubrah, Candi sewu, Candi
Plaosan, Candi Sojiwan, Candi Kalasan dan Candi Sari. Hal ini menunjukkan
keharmonisan masyarakat pada waktu itu, dimana pemeluk agama Hindu dan Budha
hidup saling berdampingan.
Yang
menarik dari candi Prambanan selain dari keelokan benuk candinya, dibalik itu
ada ada kisah rakyat yang menarik tentang berdirinya Candi Prambanan, diawali
ada seorang kesatria yang memiliki nama Bandung Bandowoso yang hendak menikahi
seorang putri yang memiliki nama Rara Jonggrang. Rara Jonggrang ternyata tidak
menyukai Bandung Bandawasa dan hendak menolak lamaran sang kesatria Bandung
Bandawasa tersebut. Rara Jonggrang tidak ingin menyakiti hati Bandung Bandawasa
dan akhirnya dia menolak dengan cara yang halus, dia meminta agar dibuatkan
1000 (seribu) candi dalam kurun waktu 1 (satu) malam. Rara Jonggrang berfikir
Bandung tidak akan bisa memenuhi permintaannya tersebut, tanpa di kira ternyata
Bandung Bandawasa menyanggupi permintaan Rara Jonggrang tersebut. Akhirnya pada
suatu malam yang telah ditentukan Bandung Bandawasa memulai membuat candi
tersebut dengan bantuan Jin. Pembuatan 1000 candi hampir selesai dibuat,
akhirnya Rara Jonggrang merasa panik dan memikirkan suatu cara agar Bandung
gagal dalam pembuatan 1000 candi tersebut. Ditipulah Bandung dan Jin nya dengan
suara ayam dan aktifitas warga, sehingga Bandung dan Jin nya menganggap sudah
pagi. Jin yang takut terkena sinar matahari akhirnya meninggalkan pekerjaan
membuat candinya karena menganggap waktu itu sudah pagi. Tanpa diketahui
ternyata usaha Rara Jonggrang tersebut diketahui oleh Bandung Bandawasa dan
akhirnya rara jonggrang dijadikan candi yang ke 1000 sebagai pelengkap 999
candiu yang telah dia buat bersama dengan Jin nya. Benar atau tidak cerita ini
saya juga kurang tau pasti karena pada kenyataannya hanya terdapat ratusan
candi saja di candi tersebut. Sampai sekarang cerita mengenai candi prambanan
ini masih menjadi legenda.
Candi
Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma,
dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan
Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu
candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk
Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4
candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki
candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan
menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3
ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru
Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai
arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.
Di
Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan
menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang
terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu
ruangan berisi arca Brahma.
Candi
pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi
Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang
bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang
bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip
elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti
'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi
Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan
ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri
Tirta Amerta (air suci para dewa).
Kemampuan
menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan
untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara.
Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara
lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan
alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand,
Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.
Prambanan
juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli,
relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan.
Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap
sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan,
relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini
membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam
mengelola lingkungannya.
Sama
seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan.
Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi).
Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk
pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon
kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka
kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah
mendunia.
Kalau
cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang
nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para
biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya
relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan.
Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah
pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat
di Yogyakarta?, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan
misteri itu.
Dengan
dimasukkannya Candi Prambanan dalam daftar warisan dunia, maka bangsa Indonesia
mempunyai kewajiban untuk melakukan perlindungan dan pemeliharaan bangunan
tersebut sesuai dengan konvensi-konvensi yang telah ditetapkan oleh UNESCO.
Konvensi tersebut antara lain menjaga kelestarian bangunan dari bahaya perang,
kerusakan fisik karena termakan usia, maupun akibat bencana alam. Kelalaian
atas kewajiban ini akan berdampak pada hapusnya ketetapan objek tersebut
sebagai warisan budaya dunia. Jika Candi Prambanan dihapus dari World Heritage
List oleh UNESCO tentu saja akan merugikan Bangsa Indonesia. (baca : Indonesia Mempunyai Situs Warisan Dunia Terbanyak di Asean )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar